Ruang Buku – Talas (Colocasia esculenta) dapat dijumpai hampir diseluruh wilayah dan tersebar di daerah pantai sampai ke pegunungan. Di Jawa, panen umbi talas dilaksanakan pada bulan Juni-Agustus menjelang musim hujan. Seperti halnya Bogor, sebagai wilayah yang memanfaatkan umbi talas sebagai bahan dasar pembuatan makanan, seperti makanan khas yang sangat terkenal yaitu Talas Bogor. Selain dijadikan bahan dasar pembuatan Talas Bogor, umbi talas juga dapat diolah menjadi produk olahan lainnya seperti keripik. Tanaman talas yang kita kenal banyak mengandung nutrisi, yang sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh manusia, didalam talas sendiri mengandung senyawa-senyawa organic, mineral, selain itu talas juga mengandung berbagai jenis vitamin seperti vitamin A, C, E, vitamin B6, dan folat (Rabu, 16 Juni 2021).
Bahan pangan seperti produk umbi-umbian dan produk holtikultura lainnya memiliki sifat yang khas, yaitu tetap mengalami perubahan setelah dilakukan pemanenan. Umbi talas yang sudah dipanen masih mengandung banyak kadar air yaitu 70-85 % dan didalam talas sendiri mengandung asam oksalat yang dapat menyebabkan rasa gatal jika terkena langsung pada kulit, sehingga perlu dilakukan penanganan yang tepat setelah pemananenan. Untuk mengatasi masalah ini serta memperpanjang masa simpan umbi talas banyak hal yang harus kita lakukan, salah satu yang paling banyak dilakukan adalah dengan metode pengeringan.
Metode pengeringan merupakan salah satu metode pengawetan bahan pangan yang mampu menghambat kerusakan pada bahan pangan (kerusakan yang disebabkan mikroorganisme). Selain itu, pengeringan merupkan salah satu cara untuk menghilangkan kadar air yang terdapat didalam bahan pangan tersebut. Metode pengeringan biasanya banyak digunakan untuk pengawetan bahan pangan. Hal ini bertujuan agar bahan pangan menghasilkan kualitas produk yang tinggi dan memiliki umur simpan yang lebih lama.
Pengeringan dapat dilakukan dengan pengeringan alami dan pengeringan menggunakan bantuan alat. Pengeringan alami atau sering dikenal dengan pengerian menggunakan sinar matahari langsung adalah pengeringan yang sering dilakukan oleh masyarakat di sekitar kita, mengapa demikian? hal ini dikarenakan kondisi ekonomi sebagian penduduk Indonesia yang masih sangat rendah. Selain itu, pemahaman mengenai beberapa teknologi pengeringan bahan pangan yang juga masih sangat rendah. Pengeringan dengan bantuan alat sudah sangat banyak dilakukan salah satunya adalah menggnakan pengeringan infrared. Teknologi far-infrared radiation (FIR) terlihat menarik karena bentuk energi ini dapat langsung diserap oleh material yang dikeringkan tanpa kehilangan panas yang nyata ke lingkungan (Nathakaranakule et al. 2010).
Radiasi infra merah memiliki keuntungan dibandingkan dengan pengeringan alami (sun drying), pengeringan menggunakan matahari langsung masih memiliki kelemahan antara lain: produk yang dihasilkan kurang hygenis, memerlukan waktu yang cukup lama dalam proses pengeringan (2-7 hari), proses pengeringannya tergantung cuaca disekitar, kadar air produk tidak hilang secara maksimal. Sedangkan jika menggunakan pengeringan menggunakan bantuan alat seperti pengeringan infrared hasil dari produk yang dikeringkan menghasilkan produk berkualitas tinggi, kecepatan transfer panas yang tinggi, mengurangi waktu pengeringan dan kadar air produk hilang secara maksimal Pengeringan infrared adalah salah satu metode pengeringan yang harus terus dikembangkan di Indonesia, karena metode pengeringan ini merupakan metode pengeringan terbaik untuk pengeringan produk pertanian.
Metode pengeringan infrared salah satunya bisa menggunakan mesin pengering infrafed type try cabinet. Temperatur pengeringan ditetapkan pada 50 oC dan 60 oC pada kecepatan 1 kipas dan 2 kipas. Kecepatan kipas pertama 3,9 m/s dan kipas kedua 5,6 m/s. Irisan talas sebanyak 0,5 kg diratakan dalam tiap loyang. Sebanyak 24 lo yang dimasukkan ke dalam pengering dan ditetapkan sebagai jam ke nol. Pengeringan berlangsung sampai kadar air di bawah 14%.
Gambar. Alat Pengering Infrared (Sumber: Alibaba.com).
Metode pengeringan infrared masih sangat sedikit diketahui di kalangan masyarakat dan industri rumahan, karena metode infrared ini masih digunakan sebagai alat pengering di kalangan industri berskala besar. Sehingga untuk kemajuan industri di Indonesia perlu adanya pengenalan mengenai fungsi dan metode pengeringan infrared. Dengan demikian, masyarakat akan mengetahui fungsi dan kelebihan yang dimiliki pengeringan infrared dan bagaimana cara kerjanya. Sehingga produk-produk yang dihasilkan dari industri yang ada di Indonesia baik itu industri rumahan ataupun industri lainnya dapat menghasilkan produk yang berkualitas tinggi.
Penulis : Dian Arsita Fitri
(Mahasiswi Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, IPB University)