Ruang Buku, Konawe – Literasi di era digital menjadi tantangan tersendiri, utamanya menarik minat baca di kalangan milenial. Apalagi perhatian anak-anak cenderung terpengaruhi gadget dan media sosial.
Perpustakaan Nasional mendata pada 2017, frekuensi membaca orang Indonesia rata-rata 3-4 kali per minggu. Sedangkan jumlah buku yang dibaca rata-rata hanya 5-9 buku per tahun.
Rendahnya minat baca orang Indonesia menjadi perhatian sejumlah kalangan, salah satunya komunitas.
Komunitas Ruang Buku Konawe punya cara menumbuhkan minat baca, khususnya anak-anak dengan cara edukasi dan kreatif.
“Kami berusaha mengadakan kegiatan yang memang ramah untuk anak-anak, salah satunya menyajikan games edukasi. Sejauh ini tujuan komunitas untuk menyebarkan ‘virus’ baca terkhusus anak usia sekolah, maka dari itu kami berusaha menyajikan kegiatan hiburan dibarengi edukasi,” terang Anggota Komunitas Ruang Buku Konawe, Firda, Minggu (24/3/2019).
Model pembelajaran itu, misalnya mengajak anak-anak membuat handicraft peta Indonesia dari sampah plastik yang dibuatkan pola. Tujuannya, merangsang perhatian anak-anak lebih mengetahui tentang Indonesia, seperti budaya, geofrafis, dan lainnya. Di satu sisi, mereka diajarkan memanfaatkan sampah plastik.
Kiat-kiat meningkatkan minat baca anak-anak Konawe, juga dilakukan melalui berbagi kisah inspiratif sewaktu berada di sekolah di Asinua Tua pada Hari Sumpah Pemuda pada 28 Oktober tahun lalu.
“Kami mencoba menyampaikan kepada anak-anak mengenai peran pemuda dalam bernegara, khususnya dalam pembangunan daerah, menjaga rasa nasionalisme,” jelas Firda kepada Sultrakini.com.
Kisah inspiratif tersebut diharapkan memancing rasa ingin tahu anak-anak tentang sosok-sosok yang berperan penting dalam kemerdekaan Indonesia.
Komunitas Ruang Buku Konawe
Komunitas Ruang Buku Konawe terbentuk pada 2018. Perkumpulan anak-anak muda ini juga berkolaborasi dengan Komunitas Jendela Anak Konawe (Jejak Konawe) untuk menyebarkan edukasi kebersihan diri, games edukasi, video animasi, dan lapak baca.
Komunitas ini menyasar peserta didik usia 6-12 tahun. Mereka juga kiat mengunjungi sekolah-sekolah dan rumah orang tua peserta didik. Diharapkan, kedua agen tersebut mampu bekerja sama mensosialisasikan pentingnya membaca bagi anak-anak.
Buku-buku yang tersedia saat ini di Ruang Buku Konawe berjumlah 70 buku. Semua buku merupakan sumbangan dari anggota komunitas. Meski belum memiliki perpustakaan, komunitas ini terus berupaya menambah koleksi buku mereka.
Tidak tanggung-tanggung, Komunitas Ruang Buku Konawe merogoh kocek bersama untuk membeli buku anak-anak. Semua itu mereka lakukan atas dasar kepedulian terhadap anak-anak Konawe.
Dalam upayanya menyebarkan ‘virus’ baca, komunitas yang digagas oleh sepuluh kalangan muda Konawe ini rencananya melakukan bedah buku.
“Kami percaya kalau mau maju suatu daerah harus dengan peningkatan kualitas SDM daerah tersebut, salah satunya dengan membaca,” jelas Akmal Thesyaar, Anggota lainnya Komunitas Ruang buku Konawe.
Sumber: sultrakini.com
[…] Ruang Buku Konawe, Putri Sakina, menuturkan bahwa pertolongan trauma healing yang diberikan relawan bersama pihak […]