In
opini , tulisan
Edible coating Karagenan dan Kitosan: Inovasi Kemasan Dodol Rumput Laut Tradisional
Posted on January 22, 2021

Ruang Buku - Produk hasil olahan pangan pasti diharapkan agar tidak mudah rusak dan memiliki umur simpan yang lebih lama agar dapat didistribusikan dan menjangkau wilayah yang lebih luas (Jum'at, 22 Januari 2021).
Beberapa produk biasanya ditambahkan dengan pengawet alami maupun sintetis untuk memperpanjang umur simpan produk tersebut. Namun tidak semua produk dapat ditambahkan pengawet sebagai bahan pada proses pembuatannya karena dape menghasilkan rasa yang berbeda dan tidak diharapkan.
Produk tradisional seperti dodol rumput laut biasanya memiliki rasa yang khas namun umur simpan yang relatif pendek. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memperpanjang umur simpan dodol rumput laut tanpa menambahkan bahan pengawet yaitu dengan memodifikasi bahan pengemasnya.
Dodol rumput laut merupakan salah satu bentuk diversifikasi produk pengolahan rumput laut. Dodol rumput laut dibuat dari tepung ketan dengan menambahkan rumput laut untuk meningkatkan nilai tambah dari rumput laut.
Dodol rumput laut memiliki prospek-prospek yang baik untuk dikembangkan. Banyak manfaat yang diperoleh dari dodol rumput laut diantaranya adalah mengandung banyak dietary fiber, yaitu serat makanan yang tidak dapat dicerna oleh enzim pencernaan manusia.
Dodol rumput laut diolah dengan menggunakan bahan utama rumput laut jenis Eucheuma cottoni. Dodol rumput laut memiliki umur simpan yang relatif singkat yaitu berkisar tiga hari bila tanpa bahan pengawet, diperlukan pengawet alami untuk memperpanjang daya simpan dodol rumput laut sehingga pengusaha dodol rumput laut tidak banyak mengalami kerugian.
Dalam beberapa tahun terakhir ini, penggunaan pelapis yang dapat dimakan sebagai bahan kemasan produk makanan telah menarik banyak perhatian, metode ini merupakan salah satu cara inovatif untuk memperpanjang umur simpan produk pangan. Edible coating adalah lapisan tipis yang terbuat dari bahan-bahan yang bisa dimakan.
Beberapa metode untuk aplikasi coating meliputi pelapisan celup (dipping), pembusaan (foaming), penyemprotan (spraying), penuangan (casting), dan aplikasi pelapisan tetes terkontrol. Metode pelapisan celup (dipping) adalah metode yang paling banyak digunakan di mana produk pangan dicelupkan ke dalam larutan yang digunakan sebagai bahan pelapis.
Proses Edible coating
Bahan pembuatan dari edible coating pada umumnya didasarkan pada bahan biologis seperti protein, lipida dan polisakarida. Polisakarida utama yang dapat digunakan sebagai pelapis yang dapat dimakan antara lain pati dan turunannya, selulosa dan turunannya, kitosan, pektin, alginat, dan gum.
Edible coating dengan bahan dasar polisakarida memiliki kemampuan sebagai membran permeabel yang selektif pada pertukaran gas CO2 dan O2. Karakteristik ini dapat memperpanjang umur simpan produk yang dikemas menggunakan metode edible coating untuk pengemasan.
Beberapa keuntungan produk yang dikemas dengan edible coating antara lain (a) menurunkan aktivitas air pada permukaan bahan, sehingga kerusakan oleh mikroorganisme dapat dihindari, karena terlindung oleh lapisan edible film, (b) memperbaiki struktur permukaan bahan, sehingga permukaan menjadi mengkilat, (c) mengurangi terjadinya dehidrasi, sehingga susut bobot dapat dicegah, (d) mengurangi kontak oksigen dengan bahan, sehingga oksidasi atau ketengikan dapat dihambat, (e) sifat asli produk seperti flavor tidak mengalami perubahan, dan (f) memperbaiki penampilan produk.
Karagenan merupakan polimer alami yang memiliki kemampuan membentuk gel dan berperan sebagai penstabil di berbagai industri pangan, sedangkan kitosan memiliki kemampuan membentuk larutan kental, sehingga kitosan dapat berperan sebagai stabilizer, antimikroba dan bersifat biokompatibilitas yang berarti polimer alami ini tidak memiliki efek samping dan tidak beracun ketika dikonsumsi.
Ketika dua polimer tersebut diaplikasikan sebagai edible coating pada doldol rumput laut, kedua polimer ini akan memberikan hasil yang sangat baik karena memiliki sifat yang saling terkait dalam hal pengawetan.
Proses pengaplikasian dari edible coating karagenan dan kitosan ini yaitu larutan edible coating dari karagenan dan kitosan di campur dengan proporsi terbaik berdasarkan hasil penelitian Ariandoko (2015) yaitu dari perlakuan karagenan 25% : kitosan 75%. Proses selanjutnya adalah melapisi (coating) dodol rumput laut dengan larutan edible coating karagenan 25% : kitosan 75% kemudian dodol rumput laut dapat disimpan ke dalam cup yang tertutup pada suhu ruang.
Penulis : Nur Lili Nia Wulan
(Mahasiswi Pascasarjana Program Studi Ilmu Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB University. Email, liliniawulan1@gmail.com).
In
opini , tulisan
Potensi Pati Sagu Sulawesi Tenggara sebagai Bahan Plastik Biodegradable Ramah Lingkungan
Posted on January 22, 2021

Ruang Buku - Plastik merupakan bahan pengemas yang banyak digunakan dan berkembang luas di seantero negeri. Sebagian besar barang yang dibutuhkan, mulai dari peralatan elektronik, perlengkapan rumah tangga, perlengkapan kantor sampai makanan dan minuman menggunakan plastik sebagai pengemas karena ringan, kuat, mudah dibentuk, dan harganya terjangkau (Jum'at, 22 Januari 2021).
Tidak hanya di bidang industri, kemasan plastik juga banyak digunakan oleh retail, pedagang tradisional, dan rumah tangga. Menurut Asosiasi Industri Olefin Aromatik (AIOA) dan Plastik Indonesia (INAPLAS), konsumsi plastik di Indonesia pada tahun 2019, tercatat mencapai 5,9 juta ton.
Penggunaan plastik yang cukup tinggi berdampak negatif terhadap kelestarian lingkungan, karena sulit terdegradasi sehingga terjadi penumpukan sampah plastik yang mencemari lingkungan.
Menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (2016), permasalahan sampah plastik di Indonesia sudah meresahkan. Selain Tiongkok, Indonesia adalah negara pembuang sampah plastik terbesar ke laut.
Sampah plastik yang dibuang sembarangan menyumbat saluran air dan bahkan menumpuk di pintu-pintu sungai sehingga mengakibatkan banjir. Plastik yang ditimbun di tanah juga sulit terdegradasi.
Polimer sintetis yang merupakan bagian utama dari plastik akan terdegradasi dalam waktu puluhan bahkan ratusan tahun. Jika dibakar, plastik akan menghasilkan emisi karbon yang mencemari lingkungan.
Salah satu alternatif yang berkembang sekarang ini yaitu plastik biodegradable yang merupakan plastik yang dapat terdegradasi atau dapat terurai oleh mikroba di tanah.
Plastik biodegradable dibuat dari bahan nabati yang merupakan produk pertanian yang dapat diperbaharui. Sehingga, produksi bahan nabati dapat berkelanjutan dan bioplastik dapat terdegradasi lebih cepat karena bersifat ramah lingkungan.
Namun harga plastik biodegradable lebih mahal daripada plastik kovensional karena teknologinya belum berkembang luas. Oleh karena itu, pengembangan plastik biodegradable memiliki potensi yang besar untuk meningkatkan perekonomian serta mengurangi adanya penumpukan limbah plastik yang dapat mencemari lingkungan.
Salah satu bahan dasar pembuatan plastik biodegradable yang populer saat ini yaitu pati yang berasal dari tumbuhan yang banyak terdapat di Indonesia, khususnya Sulawesi Tenggara. Pati tersebut merupakan pati sagu yang merupakan komoditas penghasil karbohidrat potensial, khususnya pati.
Indonesia merupakan negara yang memiliki areal pertanaman sagu terluas di dunia. Areal pertanaman terluas terdapat di Papua dan areal semi budi daya sagu berada di Maluku, Sulawesi, Kalimantan, dan Sumatera. Data Ditjen Perkebunan (2017) menunjukkan daerah produksi sagu yang cukup besar adalah Riau, Papua, Maluku, Sulawesi Tenggara, dan Kalimantan Selatan, dimana jumlah produksi sagu di Sulawesi Tenggara pada tahun 2016 yaitu sebesar 6.278 ton.
Proses Pembuatan Plastik Biodegadable
Tahapan pembuatan plastik biodegadable berbahan dasar pati adalah mengintegrasikan teknik pencampuran, pemanasan, dan pencetakan.
Plastik biodegradable yang dihasilkan berupa lembaran film. Pembuatan plastik biodegradable dengan teknik blending cukup sederhana. Namun implementasi teknologi produksi dalam skala lebih besar belum banyak dilaporkan.
Di beberapa negara, teknologi produksi plastik biodegradable dalam skala besar tidak hanya menghasilkan lembaran film tapi juga dalam bentuk lainnya. Plastik biodegradable dengan berbagai bentuk dapat dibuat dari pati dengan bahan tambahan.
Campuran pati alami, pati tergelatinisasi, pati termoplastis, dan pati termodifikasi, polimer atau monomer (asam laktat, hidroksi alkanoat) dapat ditambah dengan plasticizer, bleaching maupun pewarna dilakukan melalui proses ekstrusi menggunakan ekstruder pada suhu 100-160°C. Hasil ekstrusi setelah melalui proses pengeringan dan pelleting menghasilkan pellet plastik biodegradable.
Pellet atau biji bioplastik selanjutnya dapat diproses menjadi berbagai bentuk plastik menggunakan plastik converter berupa film blowing untuk menghasilkan kantung plastik seperti kantung belanja dan kantung buah dan sayur.
Penggunaan termoforming dan injection moulding akan menghasilkan produk seperti keyboard dan pesawat telepon. Blow moulding digunakan untuk menghasilkan produk berupa botol plastik, dan extrucsion coating menghasilkan film laminasi untuk kemasan makanan ringan, retort pouch.
Peluang pengembangan plastik biodegradable masih terbuka seiring dengan semakin tingginya tuntutan terhadap upaya pelestarian lingkungan. Bahan baku plastik biodegradable yang berasal dari bahan nabati juga memiliki peluang keberlanjutan dibandingkan dengan plastik konvensional yang dihasilkan dari minyak bumi yang semakin berkurang.
Plastik biodegradable menjadi salah satu alternatif mengurangi dan mensubtitusi penggunaan plastik konvensional. Bahan baku plastik biodegradable berupa pati mudah diperoleh di Indonesia. Kelebihan bioplastik berbahan dasar pati bersifat compostable tanpa memerlukan ruang pengomposan bersama.
Penelitian di Indonesia sudah cukup banyak menggali potensi bahan baku pati dalam pembuatan plastik biodegradable, demikian juga peluang penggunaan limbah pertanian. Namun belum banyak penelitian yang melaporkan scale up produksi plastik biodegradable secara komersial.
Pengembangan plastik biodegradable dapat dimulai dari pengembangan teknologi proses dan formulasi bahan baku untuk menghasilkan produk dengan harga yang lebih bersaing.
Pengkajian kelayakan ekonomi dan sosial pengembangan bioplastik diperlukan, termasuk kebijakan penggunaan plastik biodegradable untuk mempercepat pengembangan industri bioplastik. Dalam hal ini, peran berbagai pihak perlu disinergikan dalam pengembangan plastik biodegradable.
Ditinjau dari banyaknya produksi pati di Sulawesi Tenggara dan besarnya peluang dari produksi pengolahan pati menjadi plastik biodegradable, diharapkan mampu memberikan ide untuk mengembangkan industri komersial di daerah Sulawesi Tenggara guna meningkatkan nilai jual pati itu sendiri dan meningkatkan pendapatan masyarakat serta mengurangi pencemaran lingkungan dari sampah plastik.
Penulis: Aji Mustaq Firoh
(Mahasiswa Pascasarjana, Program Studi Ilmu Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB University. Email, ajimustaqfiroh398@gmail.com).
In
rilis-media
Bantu Atasi Trauma, Relawan Konawe Lakukan Trauma Healing Kepada Anak-Anak Korban Banjir
Posted on September 5, 2020

Ruang Buku, Konawe - Relawan Konawe melakukan kegiatan “Trauma Healing” untuk membantu mengatasi trauma kepada anak-anak yang menjadi korban banjir bandang di Desa Ambulanu Kec. Pondidaha Kabupaten Konawe, Kamis, 23 Juli 2020.
Kegiatan ini dilakukan oleh Relawan Ruang Buku Konawe, Pengajar Muda XVIII Konawe, Palang Merah Indonesia (PMI) Konawe, Dompet Dhuafah Sultra bersama BNPB Kabupaten Konawe.
Trauma healing sendiri merupakan proses penyembuhan Pascatrauma banjir yang dialami anak-anak di lokasi banjir agar mereka (anak-anak) dapat terus melanjutkan hidupnya tanpa adanya rasa takut (trauma).
Founder Ruang Buku Konawe, Putri Sakina, menuturkan bahwa pertolongan trauma healing yang diberikan relawan bersama pihak terkait mampu memberikan dampak positif bagi anak-anak korban banjir.
“Kegiatan trauma healing memberikan dampak positif bagi anak-anak korban banjir, dimana anak-anak yang merasa trauma akibat banjir kembali cerita dan semangat sehingga tidak mengalami trauma yang berlebihan,” ungkap Putri saat dihubungi Kendari Terkini.
Tambahnya, Putri menjelaskan trauma healing yang dilakukan untuk membantuk korban banjir melewati musibah yang terjadi dan segera bangkit dari masa sulitnya.
“Trauma healing diberikan agar korban mampu melewati masa-masa sulit terkait musibah yang dialami, dan para korban merasa mendapat perhatian serta dukungan dari lingkungannya,” tutupnya.
Sumber: kendari.terkini.idIn
rilis-media
Saat Komunitas Sebarkan ‘Virus’ Membaca di Tengah Era Digital
Posted on September 5, 2020
